Kamis, 20 Juli 2017

CONTOH SURVEILANS MALARIA



SURVEILANS MALARIA

OLEH: NOPIA WATI, SKM

 


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Penyakit malaria sudah mulai dikenal sejak 3000 tahun lalu, dimulai dari masaHipocrates (400-377 SM), hingga pada masa Alpohonse Laveran (1880) yang menemukan bahwa malaria disebabkan oleh plasmodium, dan Ross (1897) menemukan bahwa perantaramalaria adalah nyamuk Anopheles.
Secara epidemiologi penyakit malaria dapat menyerangorang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua golongan umur, dari bayi sampai orang dewasa. Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika(bagian selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan karibia. Lebih dari 1.6 triliun manusiaterpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun .
Setengah populasi di dunia berisiko malaria, diperkirakan ada 243 juta kasus dengan kematian 843.000 kasus pada tahun 2008 (WHO, 2009).Malaria di Indonesia merupakan salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi ancaman.
Malaria menduduki urutan kedelapan dari 10 besar penyakit penyebab utama kematian di Indonesia, dengan angka kematian di perkotaan 0,7 % dan di pedesaan 1,7 % (PAPDI, 2003). Di Indonesia dilaporkan kasus malaria sebanyak 1,2 juta kasus pada tahun 2008 (WHO, 2009).
Provinsi Bengkulu masih masuk dalam endemik wabah malaria, yang mana Bengkulu berada di peringkat keenam, setelah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur. Sekitar 70 persen wilayah Provinsi Bengkulu, belum aman dari malaria. Hal ini terbukti dari 10 kabupaten dan kota di Bengkulu, hanya tiga kabupaten yang sudah terbebas dari malaria yakni Kabupaten Rejang Lebong, Lebong, dan Kepahiang. Sedangkan tujuh kabupaten dan kota lainnya, yakni Bengkulu Selatan, Seluma, Bengkulu Utara, Mukomuko, Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, dan Kaur, masih tinggi kasus malaria yang terjadi setiap tahunya. Sampai saat ini kasus malaria yang terjadi setiap tahun masih di atas 4.000 kasus. Hal ini menjadikan Bengkulu peringkat pertama kasus malaria tertinggi di wilayah bagian barat Indonesia (Dinkes Bengkulu, 2016).
Kota Bengkulu merupakan salah satu wilayah endemis malaria di Indonesia dan hal tersebut merupakan penyebab banyaknya penderita malaria di Kota Bengkulu dalam satu bulan terakhir, karena memasuki masa pancaroba (pergantian musim) faktor utama banyaknya penderita malaria.
Bengkulu pada tahun 2015 sebanyak 33.814 sedangkan dengan pemeriksaan sediaan darah sebanayak 28.333 penderita, dari hasil pemeriksaan terdapat 2.631 positif malaria (9%). Angka kesakitan malaria dalam bentuk API di Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 sebesar 1,40 per 1000 penduduk, sedangkan Case Fatality Rate (CFR)nya adalah 0,04 dan untuk angka kesakiatan (API) tersebut mengalami peningkatan dimana pada tahun 2014 sebesar 2,53 per 1000 penduduk. Dari 17 puskesmaas tersebut, diungkapkanya, penderita malaria terbanyak terjadi diwilayah-wilayah pesisir pantai dan daerah kumuh di Kota Bengkulu.Wilayah Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu sebagai salah satu dengan prevalensi malaria yang cukup tinggi dalam kurun waktu 2012 - 2016 menurut Dinas Kesehatan Kota Bengkulu menunjukkan, malaria tidak hanya menjangkit kelompok usia dewasa saja, melainkan juga bayi.
Kelompok usia penderita malaria dimulai dari usia 0 sampai usia lanjut. Angka kesakitan malaria per kelompok umur di Wilayah Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu pada 2016 sangat bervariasi. Selama 2016 kelompok usia 0 - 11 bulan yang sakit malaria sebanyak : 20 kasus, kelompok usia 1- 4 tahun: 35 kasus, kelompok usia 5- 9 tahun: 50 kasus, kelompok usia 10 -14 tahun:  45 kasus, dan kelompok usia 15 tahun ke atas 55 kasus.
Tabel Penderita Penyakit Malaria di Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu Menurut Kelompok Umur
No
Kelompok Umur
Frekuensi
1
0 – 11 Bulan
 20 Penderita
2
1 – 4 Tahun
35 Penderita
3
5 – 9 Tahun
50 Penderita
4
10 – 14 Tahun
 45 Penderita
5
15  -  >
55 Penderita

Guna mengurangi kasus malaria, pemerintah membuat rencana pengendalian yang meliputi kegiatan sosialisasi dan peningkatan kualitas pengobatan obat anti malaria dengan ACT (Artemisinin Combination Therapy) di seluruh Indonesia, peningkatan pemeriksaan laboratorium/mikroskop, dan penemuan pengobatan dan pencegahan penularan malaria.
Selain itu, dilakukan peningkatan perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan malaria khususnya melalui kegiatan pembagian kelambu berinsektisida (Long Lasting Insectisidal Net) gratis ke daerah endemis malaria tinggi yang masih dibantu oleh Global Fund.B.

B.   Tujuan
1.      Mengetahui Pengertian Surveilans Malaria
2.      Mengetahui Tujuan Surveilans Malaria
3.      Mengetahui Sistem Surveilans Malaria
4.      Mengetahui Cara Penularan Penyakit Malaria
5.      Mengetahui Manifestasi Penyakit Malaria
6.      Mengetahui Gejala Penyakit Malaria
7.      Mengetahui Cara Pencegahan Penyakit Malaria
8.      Mengetahui Cara Pengobatan Penyakit Malaria
9.      Mengetahui Cara Pemberantasan Penyakit Malaria
10.  Mengetahui Evaluasi Surveilans Malaria
11.  Mengetahui Alur Pelaporan Surveilans Malaria




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.        Pengertian Malaria

Malaria ialah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang sebagian siklus hidupnya berada di dalam tubuh manusia dan sebagian di dalam tubuh nyamuk (NIAD, 2007). Parasit tersebut berkembang biak dalam hati manusia dan kemudian menginfeksi sel darah merah (WHO, 2015). Malaria terjadi bila eritrosit diinvasi oleh salah satu dari empat spesies parasit ptotozoa dari genus Plasmodium (Wahab, 2000). Spesies yang paling banyak  dijumpai ialah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium Malariae dijumpai di Indonesia bagian Timur sedangkan Plasmodium ovale pernah ditemukan di Papua dan Nusa Tenggara Timur (Prabowo, 2004).
Malaria pada manusia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (Anies (2006) dan (Tjay and Rahardja, 2007)):
1.        Malaria Tropik
Malaria tropika juga disebut sebagai demam rimba (jungle fever). Merupakan Malaria terganas dengan mortalitas terbesar yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7 –  12  hari. Jika tidak diobati Malaria jenis ini akan dapat menyebabkan penderita mengigau, koma hingga kematian akibat eritrosit yang menyumbat kapiler otak. Gejala dari  Malaria ini ialah berkurangnya kesadaran     dan
demam yang tidak menentu dan terkadang terus menerus dengan suhu yang sangat tinggi (di atas 48oC).
2.        Malaria Tersian
Malaria jenis ini disebabkan oleh dua Plasmodium, yakni Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale. Malaria ini  tidak menyebabkan kematian meski tidak dilakukan pengobatan.  Ciri  ciri dari Malaria ini ialah penderita mengalami demam secara berkala 3 hari sekali dengan puncak setelah setiap 48 jam. Masa inkubasi untuk Malaria ini ialah 10 14 hari. Gejala lain yang biasanya terjadi ialah malaise umum, nyeri kepala, nyeri punggung dan mual.
3.        Malaria Kwartana
Malaria kwartana mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Gejala Malaria ini mirip dengan Malaria tertiana namun gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Parasit yang menyebabkan Malaria kwartana ialah Plasmodium Malariae dengan masa inkubasi selama 4 – 6 minggu.

B.        Gejala Malaria

Gejala malaria adalah penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut :
1.         Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
2.         Nafsu makan menurun.
3.         Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah
4.         Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum.
5.         Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
6.         Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
7.         Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanyariwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
8.         Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadiumyang berurutan yaitu :
a)            Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigigemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaiandan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucatkebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
b)            Stadium demam (Hot stage).
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Mukamerah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala menjadi- jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi.  Biasanya penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.  Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam aliran darah.Pada plasmodium vivax dan P. ovate sison-sison dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini.Pada plasmodium malariaa, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P.vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam di ikuti oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
c)      Stadium berkeringat (sweating stage).
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada species parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofosoitdan sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hatidan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organtubuh tersebut. Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini.   Kadang-Kadang gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black water fever yang merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air senimenjadi merah tua atau hitam.
Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black water fever  biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang-ulang dan infeksi yang cukup berat.

C.        Faktor Penyebab Infeksi Malaria

Penyakit menular disebabkan oleh interaksi antara faktor host (pejamu), agent (penyebab penyakit) dan environment (lingkungan) (Nisa, 2007).


1.    Faktor Host
Host dibagi menjadi dua yakni definitive host dan intermediate host. Definitive host ialah jika siklus seksual suatu agent terjadi pada tubuh host, jika yang terjadi pada tubuh host ialah siklus aseksual agent maka itu disebut sebagai intermediate host. definitive host penyakit Malaria ialah nyamuk Anopheles dan intermediate host Malaria ialah manusia (Chandra, 2009).
a.               Definitive Host Malaria
Terdapat sekitar 3450 spesies nyamuk, 400 spesies diantaranya ialah nyamuk Anopheles dengan 70 spesies merupakan vektor Malaria. Anopheles yang menjadi vektor Malaria di Indonesia terdiri dari 24 spesies. Spesies nyamuk Anopheles yang menjadi vektor ini berbeda – beda menurut daerah, yaitu (Natadisastra and Agoes, 2009):
a.          Jawa dan Bali, terdiri dari Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles maculatus, Anopheles subpictus, Anopheles flavirostris, Anopheles tesselatus.
b.          Sumatera, yaitu Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles   nigerrimus,   Anopheles   barbirostris,   Anopheles
sinensis, Anopheles kochi, Anopheles leucosphyrus, Anopheles subpictus, Anopheles annularis, Anopheles maculatus.
c.          Sulawesi, antara lain Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus, Anopheles flavirostris, Anopheles minimus, Anopheles vanus.
d.          Kalimantan, vektornya adalah Anopheles sundaicus, Anopheles umbrosus, Anopheles balabacensis, Anopheles baezai.
e.          Irian Jaya, yaitu Anopheles farauti, Anopheles punctulatus, Anopheles bancrofti, Anopheles koliensis.
Siklus hidup dari nyamuk melalui 4 tahap yakni telur, larva, pupa dan dewasa. Fase tersebut dapat mudah dikenali dari bentuk fisik nyamuk tersebut (AMCA, 2014).
1)         Telur
Anopheles dan beberapa genus lain bertelur tunggal dan tidak meletakkan telur mereka membentuk rakit seperti spesies nyamuk lain (Gambar 2.1a). Anopheles meletakkan telur di permukaan air dan kebanyakan telur menetas menjadi larva dalam waktu 48 jam.
2)         Larva
Larva hidup di dalam air dan muncul ke permukaan air untuk bernafas. Larva melepaskan kulit mereka  sebanyak 4 kali dan terus mengalami pertumbuhan setelah melepas kulit. Kebanyakan larva memiliki sejenis pipa untuk bernafas dan menggantung terbalik dari   permukaan   air. Akan tetapi Anopheles tidak memiliki pipa sehingga larva terletak sejajar dengan permukaan air untuk mendapat pasokan oksigen melalui saluran pernafasan. Sumber makanan larva ialah mikroorganisme dan bahan organik yang ada di dalam air. Larva kemudian berubah menjadi pupa saat pelepasan kulit yang ke-empat.
3)         Pupa
Tahap pupa ialah tahap istirahat, tidak makan saat tahap perkembangan, tetapi tetap dapat berpindah, bereaksi terhadap perubahan cahaya dan bergerak (terbalik) dengan  memutar ekor mereka ke bagian bawah atau daerah yang terlindung. Kemudian nyamuk berubah dari tahap pupa menjadi dewasa.
4)         Dewasa
Nyamuk yang baru saja menjadi dewasa akan bertumpu pada permukaan air dalam waktu yang singkat untuk membuat tubuhnya kering dan mengeras. Sayap nyamuk yang baru menjadi dewasa ini harus menyebar dan dalam keadaan kering sebelum terbang. Mereka belum berburu darah dan tidak kawin selama beberapa hari. Lamanya setiap tahap pertumbuhan nyamuk tergantung pada suhu dan karakteristik spesies.
5).                  Eksofilik: nyamuk yang suka tinggal di luar rumah.
6).                  Endofagik:    nyamuk     yang     suka     menggigit     di    dalam rumah/bangunan.
7).                  Eksofagik: nyamuk yang suka menggigit di luar rumah. Intermediate Host Malaria
Manusia dalam hal ini merupakan pengandung gametosit (gametocyte carrier) dan meneruskan siklus hidup parasit yang ada dalam nyamuk (Natadisastra and Agoes, 2009). Faktor manusia ini meliputi usia, jenis kelamin, ras, genetik, perilaku,  nutrisi, imunitas, pekerjaan, riwayat Malaria dan rekreasi (Nisa (2007) dan Arsin (2012).
D.        Cara Penularan
Bila nyamuk anopheles mengigit orang yang sakit malaria, maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembang biak.
Sesudah 7-14 hari apabila nyamuk tersebut mengigit orang sehat, maka parasit tersebutakan ditularkan ke orang tersebut. Di dalam tubuh manusia parasit akan berkembang biak,menyerang sel-sel darah merah.
Dalam wktu kurang lebih 12 hari, orang tersebut akan sakitmalaria. Dalam keadaan tertentu dapat terjadi penularan dengan bentuk Tropozoit, misalnyamelalui transfusi darah, melalui plasenta dari ibu kepada bayinya dan penularan melalui jarumsuntik yang terkontaminasi.
E.   Manifestasi Malaria
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain:
1.      Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan demammuncul setiap hari ketiga.
2.      Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita merasakan demam setiap hari keempat.
3.      Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, penderita mengalami demam tidak teratur dengan disertai gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase komadan kematian yang mendadak.
4.      Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat Penyebaran kasus malaria di Indonesia banyak ditemukan terutama pada daerah pedesaan dan sangat jarang di perkotaan.
Di Indonesia diperkirakan lebih dari 90 juta penduduk hidup didaerah endemis malaria, diperkirakan 15 juta kasus malaria. Di Wilayah Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu yang merupakan daerah endemis malaria, angka kesakitan malaria menempati urutan pertama dari 10 besar penyakit di Wilayah Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu. Angka API di Jayapura tahun 2005 yaitu 140/1000 penduduk.
Saat ini insiden malaria menurut data adalah 8.736 per 1000  penduduk di Wilayah Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu 10,2 %. Hal ini disebabkan karena adanya hutan bakau yang ada di pesisir pantai, kebiasaan penduduk tidur tanpa menggunakan kelambu, adanya tempat perindukan nyamuk, dan kepatuhan masyarakat akan minum obat masih kurang Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection).
Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau P. malariae.
F.     Cara Pencegahan
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan melalui beberapa cara yakni :
a.       Pengobatan pencegahan, 2 hari sebelum berangkat ke daerah malaria, minum obatdoksisilin 1 x 1 kapsul/ hari sampai 2 minggu setelah keluar dari lokasi endemis malaria.
b.      Membersihkan lingkungan, Menimbun genangan air, membersihkan lumut, gotongroyong membersihkan lingkungan sekitar, mencegahnya dengan kentongan.
c.       Menebarkan pemakan jentik, Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik. Seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, mujair dll.
d.      Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu berinsektisida.
e.       Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
f.       Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya. 
g.      Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
h.      Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
i.        Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
j.        Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
k.      Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta genangan air.
l.        Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) padagenangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
m.    Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang pantai.

G.    Cara Pengobatan
Ada beberapa cara pengobatan penyakit malaria :
1.              Dalam pengobatan malaria terapi antiplasmodium dan perawatan suportif sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.
2.              Klorokuin merupakan obat anti malaria yangefektif terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap klorokuin. Keuntungannya tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak mengganggu kehamilan. Namun, dengan meluasnyaresistensi terhadap klorokuin, maka obat ini sudah jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat.
3.              Kina merupakan obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodiumdan dipilih sebagai obat utama untuk menangani malaria berat karena masih berefek kuatterhadap P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Meskipun kina dapat digunakan pada masa kehamilan, tetapi dapat menyebabkan kontraksi uterus dan memberikan kontribusiuntuk hipoglikemia.

H.    Pengertian Surveilans Malaria
Surveilans malaria adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/ instansi terkait secara sistematis dan terus menerus tentang situasi malaria dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan tersebut agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.
Sedangkan surveilans malaria adalah kegiatan terus menerus, teratur dan sistimatis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi data malaria untuk menghasilkan informasi yang akurat yang dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat sesuai dengan kondisi daerah setempat.
Untuk Kata malaria sendiri berasal dari bahasa Itali “mal’aria” yang ketika itu orang beranggapan hal itu terjadi karena udara kotor. Namun dalam bahasa Perancis yang disebut “Paludismo” atau daerah rawa dan payau serta pinggiran pantai, dimana indikasi awalnya setiap orang yang menderita penyakit ini kebanyakan berasal dari daerah tersebut dan malaria menurut WHO adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria / protozoagenus plasmodium yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk anopeles betina ditandai dengan demam, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia.
Saat ini dikenal 4 macam parasit malaria yaitu Plasmodium Vivax, Plasmodium Ovale, PlasmodiumFalsifarum, Plasmodium Malariae.Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria (anopheles) yang mengandung Sporozoit.

I.       Tujuan Surveilans
Tujuan  surveilans dalam program pemberantasan malaria antara lain :
a.              Melakukan pengamatan dini (SKD) malaria di Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka mencegah kejadian luar biasa (KLB) malaria.
b.             Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang dapat disebarluaskan dan dipergunakan sebagai dasar penanggulangan malaria yang cepat dan tepat yang direncanakan sesuai dengan permasalahan.
c.              Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) secara dini. d). Mengetahui trend penyakit dari waktu ke waktu.
d.             Mendapatkan gambaran distribusi penyakit malaria menurut orang, tempat dan waktu.
J.      Kebijakan
Tujuan diatas kemudian dioperasionalkan dalam bentuk beberapa kebijakan yang telah ditetapkan oleh kementerian kesehatan, sebagai berikut :
a.           Pengumpulan, pengolahan, interpretasi data malaria dilakukan pada semua tingkatan administratif mulai dari Puskesmas pembantu, Puskesmas, Rumah sakit, Dinas Kesehatan dan Departemen Kesehatan.
b.          Meningkatkan peran-serta masyarakat seperti kader malaria, pos obat desa (POD), terutama dalam kegiatan pengobatan.
c.           Meningkatkan kemitraan dalam jaringan informasi malaria dengan sektor terkait.Upaya pemberantasan malaria yang tepat dan cepat yang berpedoman pada petunjuk dasar atau “evidence based”.
d.          Meningkatkan kerja sama lintas batas wilayah administratif (perbatasan wilayah Puskesmas, kabupaten, propinsi dan antar negara) dalam perencanaan dan upaya penanggulangan malaria.


BAB III
METODE SURVEILANS MALARIA

Pelaksanaan kebijakan diatas, kemudian diterapkan dalam bentuk penyelenggaraan surveilans program pencegahan penyakit malaria, yang antara lain meliputi tahap pengamatan dan survei. Pada tahap pengamatan penyakit malaria beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain berupa kegiatan penemuan penderita malaria. Tujuan penemuan penderita adalah menemukan penderita secara dini dan secepatnya memberikan pengobatan, memantau fluktuasi malaria pada suatu tempat, sebagai alat bantu menentukan musim penularan, dan peringatan dini terhadap kejadian luar biasa (KLB).   
A.    TAHAPAN SUERVEILANS MALARIA
 Tahap diatas dilaksanakan dengan beberapa jenis kegiatan yang seperti Active Case Detection (ACD). Kegiatan ini  dilakukan secara aktif oleh juru malaria desa atau petugas lapangan malaria, dengan jenis kunjungan dilakukan pada beberapa jenis kriteria desa endemik malaria, antara lain :
1)            Desa  High Case Incidence (HCI), dengan melakukan kunjungan rumah 2 minggu sekali.
2)            Desa Middle Case Incidence (MCI), dengan melakukan kunjungan rumah 1 bulan sekali.
3)            Desa Low Cace Incidence (LCI), dengan melakukan kunjungan ditingkat dusun sebulan sekali.
B.     TINDAK LANJUT
Tindak lanjut kunjungan diatas, kemudian diikuti dengan kegiatan pengambilan sediaan darah (SD). Kegiatan ini hanya dilakukan pada penduduk yang memenuhi beberapa criteria yang dipersyaratkan seperti demam, menggigil, baik disertai sakit kepala atau tidak dalam tiga hari terakhir.  Selain pengambilan sediaan darah juga dilakukan kegiatan passive case detection (PCD). PCD dilakukan dengan mengintensifkan pengambilan sediaan darah di institusi/pusat pelayanan kesehatan swasta maupun pemerintah dan kader pelayanan kesehatan. Setelah beberapa tahap kegiatan diatas dilakukan, selanjutnya dilaksanakan tahap kegiatan penyidikan epidemiologi. Kegiatan ini dilakukan pada seluruh penghuni rumah, tempat tinggal penderita positip malaria dan seluruh penghuni pada empat rumah ddisekeliling rumah penderita tersebut. Selain itu juga dilaksanakan survey penderita malarai. Survei yang dilakukan dalam pemberantasan malaria meliputi jenis survei malariometrik (MS), Mass fever survei (MFS), Survei kontak, dan survei migrasi. 
Kegiatan lain yang tidak kalah penting dalam surveilans malaria adalah pengamatan vektor. Beberapa jenis pengamatan vektor malaria dilakukan dengan :
a)            Pengamatan sewaktu (spot survei) 
b)            Pengamatan kesinambungan (longitudinal survei)
c)            Pengamatan lingkungan, yang dilaksanakan dengan melakukan pengamatan tempat-tempat perindukan nyamuk.
Kondisi perkembangan malaria pada suatau wilayah kemudian dipetakan. Pembagian situasi malaria pada suatu wilayah dibagi dalam beberapa kriteria antara lain periode peringatan dini, periode kejadian luar biasa (KLB), dan periode pasca KLB.  Sedangkan jenis data yang dianalisa untuk kepentingan pembagian periodisasi tersebut antara lain :
(1)      Periode pengamatan dini
Periode ini data yang diperlukan berbeda pada berbagai tingkatan kewilayahan. Pada tingkat Puskesmas, jenis data yang dikumpulkan adalah data kasus vektor, logistik, demografi dan lingkungan. Sedangkan pada tahap pengolahan dan anlisa data, dengan memperhatikan variablel-variabel antara lain :
(a)    Indikasi situasi malaria, dibedakan menjadi situasi malaria di Puskesmas yang sudah mampu memeriksa spesimen darah secara laboratorium dan Puskesmas yang belum mampu
(b)   Indikasi perubahan lingkungan. Tingkat reseptivitas.
(c)    Situasi lingkungan – Untuk memudahkan interpretasi data, maka semua data disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami, yaitu dalam bentuk peta, angka insiden, peta vektor, peta keadaan geografis tabel dan grafik.
            Apabila terjadi kecenderungan peningkatan penderita malaria kemudian dilakukan upaya penanggulangan dengan Mass fever survey (MFS), pengamatan vektor dan pemberantasan vektor.  Pada tingkat Kabupaten jenis data yang dikumpulkan adalah data kematian di Puskesmas dan rumah sakit, data kasus per desa per tahun, data cakupan pengobatan, data vektor, data laboratorium, data demografi, data logistik, data lingkungan, (curah hujan, luas tempat perindukan) dan data sosial budaya.  Sedangkan jenis data yang dikumpulkan adalah data kematian di puskesmas dan rumah sakit, data kasus per desa per tahun, data cakupan pengobatan, data vektor, data demografi, dan data logistik
(2)   Periode Kejadian Luar Biasa
Pada periode KLB yang dikumpulkan antara lain data kematian, data kasus dan trend malaria, data vektor, data lingkungan yang berkaitan dengan vektor (tempat perindukan, ternak), data form W1 (dilaporkan dalam 24 jam), data hasil konfirmasi KLB, data batas wilayah KLB, data logistik (obat malaria, bahan dan peralatan lainnya), data hasil upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
(3)   Pasca Kejadian Luar Biasa
Kegiatan yang dilakukan pada periode ini sama seperti pada periode pengamatan dini yaitu pengamatan kasus, vektor dan lingkungan yang dilakukan secara lebih intensif. Data yang telah diolah dan dianalisa menjadi informasi yang mendukung upaya penanggulangan malaria digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Sedangkan sebagai alat bantu pengambilan keputusan dilakukan pengolahan data dengan  ukuran-¬ukuran seperti insiden dan prevalensi, dengan beberapa indikator seperti angka kesakitan dan angka kematian karena malaria, Prevalence Rate (PR), Slide positive rate (SPR), data vektor seperti Man bitting rate (MBR), jenis vektor, bionomik vektor, status kerentanan vektor, serta data terkait lingkungan.

C.   Sistem Surveilans Malaria
Dalam sistem surveilans malaria mencakup hal-hal pokok sebagai berikut (Depkes RI, 2007) :
1.      Pengumpulan data melalui kegiatan penemuan kasus.
Penemuan penderita malaria dilakukan dengan :
a)      Cara pasif (Passive Case Detection) yaitu penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke UPK.
b)      Survei malariometrik,  yang terdiri dari :
1)      Survei malariometrik dasar, yaitu mengukur tingkat endemisitas dan prevalensi di wilayah epidemiologis yang belum tercakup oleh kegiatan pemberantasan vektor. Waktu pengambilan darah pada saat puncak tertinggi fluktuasi malaria klinis atau data entomologi setempat dan dilaksanakan 1 kali saja.
2)      Survei malariometrik evaluasi, yaitu mengukur dampak kegiatan pemberantasan vektor khususnya penyemprotan rumah di daerah prioritas. Waktu pengambilan darah pada saat puncak tertinggi fluktuasi malaria klinis atau data entomologi setempat.


2.        Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah diterima kemudian diolah dan dianalisa selanjutnya disajikan dalam bentuk teks, tabel, grafik dan atau spot map. Pengolahan dan analisa dilakukan di tingkat Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan Pusat.
3.        Umpan Balik dan Penyebarluasan Informasi
a)            Puskesmas mengirim umpan balik ke Puskesmas Pembantu yang ada di wilayahnya.
b)            Dinas Kesehatan Kabupaten mengirim umpan balik kepada seluruh Puskesmas.
c)            Dinas Kesehatan Propinsi mengirim umpan balik ke Dinas Kesehatan Kabupaten.
d)           Departemen Kesehatan RI mengirim umpan balik ke semua Propinsi Sedangkan penyebarluasan informasi melalui laporan triwulan, tahunan, profil kesehatan, dan Laporan akuntabilitas instansi pemerintah (LAKIP) yang diinformasikan kepada lintas sektor dan program terkait, para penentu keputusan dan kebijakan serta masyarakat yang membutuhkan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    HASIL
Berdasarkan data yng didapat di puskesmas basuki rahmat kota bengkulu di dapatkan hasil
sebagai berikut:
Umur
MALARIA

Ya
%
Tidak
%
Dewasa
7
58,3
72
57,1
Lansia (>45 th)
5
41,7
29
23
Remaja (12 – 25 th)
0
0
25
19,8
Jumlah
12
100
126
100

Dari tabel di atas berdasarkan karakteristik umur didapatkan bahwa pada umur dewasa terdapat 7 orang (58,3%) yang menderita malaria, 72 orang (57,1%) tidak malaria. Usia lansia terdapat 5 orang (41,7%) malaria dan 29 orang (23%) tidak malaria. Usia remaja tidak ada menderita malaria.

Jenis kelamin
MALARIA

Ya
%
Tidak
%
Laki - laki
4
33,3
53
42,1
Perempuan
8
66,7
73
57,9
Jumlah
12
100
126
100

Dari tabel di atas berdasarkan karakteristik jenis kelamin didapatkan bahwa terdapat laki-laki 4 orang (33,3%) menderita malaria dan 53 orang (42,1%) tidak malaria. Sedangkan perempuan terdapat 8 orang (66,7%) menderita malaria dan 73 orang (57,9%) tidak malaria.
Pekerjaan
MALARIA

Ya
%
Tidak
%
Bekerja
7
58,3
22
17,5
Tidak bekerja
5
41,7
104
82,5
Jumlah
12
100
126
100

Dari tabel di atas berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa orang yang bekerja lebih rentan terjangkit malaria dibanding tidak bekerja.
B.     PEMBAHASAN
1.              Usia
Pada dasarnya, malaria dapat menyerang semua kelompok manusia dan tidak mengenal usia, jenis kelamin maupun ras. Namun, perbedaan usia merupakan salah satu yang menyebabkan perbedaan kekebalan tubuh terhadap gigitan nyamuk (Arsin, 2012). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria. Aadapun penyebab lain karena perilaku berisiko Malaria sebagian besar dilakukan oleh responden dengan rentang usia dewasa. Data menunjukkan bahwa sebanyak 51,7% responden yang keluar rumah pada malam hari dan 50,5% reponden yang tidak memakai kelambu pada saat tidur dimalam hari diketahui berusia dewasa. Selain itu, sebagian besar masyarakat (57%) yang tidak menggunakan obat nyamuk saat tidur dimalam hari juga diketahui merupakan responden usia dewasa.
Beberapa perilaku berisiko tersebut dilakukan oleh responden karena beberapa hal antara lain karena ingin berpartisipasi di kelompok masyarakat. Suroso et al. (2014) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat antara lain ialah faktor usia, pekerjaan dan pendidikan. Masyarakat dengan umur 41 – 50 tahun cenderung lebih aktif mengikuti musyawarah daripada usia yang lebih muda atau lebih tua. Hal ini dapat dikarenakan kelompok dengan usia lebih muda merasa sungkan terhadap masyarakat yang lebih tua karena dianggap lebih senior dan lebih banyak memberikan masukan sehingga mereka memilih untuk tidak berpartisipasi.
2.              Jenis kelamin
Malaria tidak menyerang manusia berdasarkan jenis kelamin tertentu karena vektor penyakit Malaria menularkan Malaria kepada  laki – laki dan perempuan. Namun, secara kekebalan tubuh yang dimiliki perempuan hamil akan memiliki risiko lebih tinggi terkena Malaria dibandingkan dengan laki – laki atau perempuan biasa. Hal tersebut dikarenakan Malaria dapat menyebabkan anemia yang lebih berat pada perempuan dengan kondisi hamil (Arsin, 2012).

3.              Pekerjaan
Pekerjaan dapat berperan penting terhadap penyakit Malaria karena berhubungan dengan kondisi lingkungan pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang dilakukan diluar rumah, di pedesaan atau di perkebunan akan memiliki risiko yang lebih besar untuk tergigit nyamuk Malaria. Besarnya  risiko  tergigit  nyamuk  tersebut  menjadikan  jenis   pekerjaan dapat menyebabkan responden juga memiliki risiko tinggi terkena Malaria (Sulistiani, 2012).
C.    Evaluasi Surveilans Malaria
Evaluasi atau penilaian merupakan suatu kegiatan yang harus dilaksanakan secara terus menerus terhadap masukan (input), proses keluaran (output) dan dampak (outcome) Evaluasi surveilans malaria yang dilaksanakan yaitu :
1.          Terhadap masukan meliputi tenaga, biaya bahan dan peralatan.
2.          Terhadap keluaran yaitu pada penemuan penderita untuk daerah di luar Jawa dan Bali sedapat mungkin dipisahkan hasil dari PCD yang dilaksanakan di daerah prioritas dan nonprioritas, hal ini diperlukan untuk mengadakan evaluasi atau penilaian yang lebih obyektif karena perbedaan jenis kegiatan di kedua daerah tersebut.
3.          Terhadap dampak yang terdiri dari :
a)      Angka kesakitan per 1.000 penduduk
Penurunan angka ini selalu dikaitkan dengan proporsi cakupan pengambilan sediaan darah (SD), bila penurunan angka kesakitan disertai proporsi SD menurun maka penurunan angka kesakitan perlu dipertanyakan.
b)      SPR (Slide Positive Rate)
Tinggi rendahnya SPR menunjukkan tinggi rendahnya kemampuan diagnosa klinis dari pemeriksaan pasien. Persyaratan disini diperlukan seorang mikroskopis yang berkualitas dengan error ratecukup rendah (<5%).
c)      PR (Positive Rate)
Digunakan untuk mengukur dampak penyemprotan/ pemberantasan vektor yang diperoleh dari survei malariometrik yang dikerjakan satu tahun sekali.
d)     SR (Spleen Rate) dan AES (Average Enlarged Spleen)
Kedua indikator ini diperoleh dari survey malariometrik. Adanya pembesaran limpa pada golongan umur tertentu penduduk menunjukkan bahwa malaria sudah cukup lama ada di daerah tersebut.
e)      PF (Parasit Formula)
Suatu program pemberantasan malaria di suatu daerah  akan menurunkan plasmodium falciparum karena gametosit plasmodium falciparum timbulnya lebih lambat dari pada gametosit spesies lainnya.

D.          Alur Pelaporan
Pelaporan kasus malaria dilaksanakan berjenjang mulai dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) melaporkan  ke Dinas Kesehatan Kabupaten, dari Dinas Kesehatan Kabupaten ke Dinas Kesehatan Propinsi dan pelaporan dari Dinas Kesehatan Propinsi ke Departemen Kesehatan RI (Subdit Arbovirosis, Ditjen P2M dan PL ), pelaporan ini mencakup laporan rutin, laporan pada situasi KLB dan umpan balik laporan.
E.     Kontak
Puskesmas terdekat dalam wilayah kecamatan tempat penderita berada, Rumah Sakit terdekat, dokter praktek terdekat, Dinas Kesehatan Kabupaten.










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
a.        Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah Kesehatan Masyarakat. Terutama di daerah Indonesia bagian timur.
b.        Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi terutama dijumpai di daerah endemis seperti halnya di provinsi Wilayah Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu.
c.        Penyakit malaria sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat tak lepas dari unsur segitiga epidemiologit, dimana manusia sebagai host, parasit plasmodium sebagai agent dankondisi lingkungan (environment) yang mendukung.
d.        Sementara penyakit merupakan outcomedari adanya interaksi antara host, agent dan environment. Dalam ilmu epidemiologi  sering disebut dengan segitiga epidemiologi yakni hubungan timbal balik antara host (pejamu), agent(penyebab penyakit) dan environment (lingkungan)Penyebab penyakit malaria di Indonesia adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae, Sampai saat ini dikenal 4 (empat) macam parasit malaria yaitu: Plasmodium Falcifarum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria berat, Plasmodilun vivax penyebab malaria Tertiana, Plasmodium Malariae penyebab malaria Quartana, Plasmodium Ovate jenis ini jarang sekali di jumpai di Indonesia, karena umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik barat.
e.        Walaupun ditularkan lewat gigitan nyamuk sebenarnya penyakit ini merupakan suatu penyakit ekologis (lingkungan). Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak langsung denganmanusia karena hidupnya tidak jauh dari aktifitas manusia sehari-hari.
f.         Faktor lingkungan antaralain berupa air, suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin.Dewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui pemberantasan vektor penyebab malaria(nyamuk anopheles).

B.     SARAN
a.             Mensosialisasikan secara rutin mengenai perilaku pencegahan penyakit Malaria bagi masyarakat setempat.
b.            Mengalokasikan dana lebih banyak untuk penyediaan kelambu berinsektisida.
c.             Memfokuskan program dan kebijakan pada perlindungan pekerja yang bekerja diluar rumah hingga larut malam. Kebijakan  yang dapat dibuat antara lain ialah larangan menggunakan baju dan celana pendek setelah pukul 18.00 WIB. Penerapan kebijakan  tersebut dapat dibantu oleh perangkat setempat untuk selalu menegur, menginformasikan gambaran dampak negatif akibat memakai pakaian terbuka dan menasehati agar masyarakat dapat terbiasa.



REFERENSI

Anies 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan: Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo.
Arsin, A. A. 2012. Malaria di Indonesia: Tinjauan Aspek Epidemiologi, Makasar, MASAGENA PRESS.
Arsin, A. A., Nasir, M. & Nawi, R. 2013. Hubungan Penggunaan Kelambu Berinsektisida dengan Kejadian Malaria di Kabupaten Halmahera Timur. Jurnal Masyarakat Epidemiologi Indonesia, Vol. 1 No. 3 6.
Bengkulu dalam angka, 2015
Nisa, H. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, UIN Jakarta Press.
Natadisastra, D. & Agoes, R. 2009. Parasitologi Kedokteran: ditinjau dari organ tubuh yang diserang, Jakarta, EGC.
Puskesmas Basuki Rahmat, data laporan penyakit, 2016
Riskesdas 2013
Sulistiani, N. E. 2012. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Puskesmas Kokap 2 Kabupaten Kulon Progo Provinsi Yogyakarta Tahun 2012. S1, Universitas Indonesia.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar