SURVEILANS
MALARIA
OLEH: NOPIA WATI, SKM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit
malaria sudah mulai dikenal sejak 3000 tahun lalu, dimulai dari masaHipocrates
(400-377 SM), hingga pada masa Alpohonse Laveran (1880) yang
menemukan bahwa malaria disebabkan oleh plasmodium, dan Ross (1897)
menemukan bahwa perantaramalaria adalah nyamuk Anopheles.
Secara
epidemiologi penyakit malaria dapat menyerangorang baik laki-laki maupun
perempuan, pada semua golongan umur, dari bayi sampai orang dewasa. Infeksi
malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika(bagian
selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan karibia. Lebih dari 1.6 triliun
manusiaterpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan
mortalitas lebih dari 1 juta pertahun .
Setengah
populasi di dunia berisiko malaria, diperkirakan ada 243 juta kasus dengan
kematian 843.000 kasus pada tahun 2008 (WHO, 2009).Malaria di Indonesia
merupakan salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi ancaman.
Malaria
menduduki urutan kedelapan dari 10 besar penyakit penyebab utama kematian di
Indonesia, dengan angka kematian di perkotaan 0,7 % dan di pedesaan 1,7 %
(PAPDI, 2003). Di Indonesia dilaporkan kasus malaria sebanyak 1,2 juta kasus
pada tahun 2008 (WHO, 2009).
Provinsi Bengkulu masih
masuk dalam endemik wabah malaria, yang mana Bengkulu berada di peringkat
keenam, setelah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara
Timur. Sekitar 70 persen wilayah Provinsi
Bengkulu, belum aman dari malaria. Hal ini terbukti dari 10 kabupaten dan kota
di Bengkulu, hanya tiga kabupaten yang sudah terbebas dari malaria yakni Kabupaten Rejang Lebong, Lebong, dan Kepahiang.
Sedangkan tujuh kabupaten dan kota lainnya,
yakni Bengkulu Selatan, Seluma, Bengkulu Utara, Mukomuko, Bengkulu Tengah, Kota
Bengkulu, dan Kaur, masih tinggi kasus malaria yang terjadi setiap tahunya.
Sampai saat ini kasus malaria yang terjadi setiap tahun masih di atas 4.000
kasus. Hal ini menjadikan Bengkulu peringkat pertama kasus malaria
tertinggi di wilayah bagian barat Indonesia (Dinkes Bengkulu, 2016).
Kota Bengkulu merupakan
salah satu wilayah endemis malaria di Indonesia dan hal tersebut merupakan
penyebab banyaknya penderita malaria di Kota Bengkulu dalam satu bulan
terakhir, karena memasuki masa pancaroba (pergantian musim) faktor utama
banyaknya penderita malaria.
Bengkulu pada tahun 2015 sebanyak 33.814
sedangkan dengan pemeriksaan sediaan darah sebanayak 28.333 penderita, dari
hasil pemeriksaan terdapat 2.631 positif malaria (9%). Angka kesakitan malaria
dalam bentuk API di Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 sebesar 1,40 per 1000
penduduk, sedangkan Case Fatality Rate (CFR)nya adalah 0,04 dan untuk angka
kesakiatan (API) tersebut mengalami peningkatan dimana pada tahun 2014 sebesar
2,53 per 1000 penduduk.
Dari 17 puskesmaas tersebut, diungkapkanya, penderita malaria
terbanyak terjadi diwilayah-wilayah pesisir pantai dan daerah kumuh di Kota
Bengkulu.Wilayah Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu sebagai salah satu dengan
prevalensi malaria yang cukup tinggi dalam kurun waktu 2012
- 2016 menurut Dinas Kesehatan Kota Bengkulu menunjukkan, malaria
tidak hanya menjangkit kelompok usia dewasa saja, melainkan juga bayi.
Kelompok
usia penderita malaria dimulai dari usia 0 sampai
usia lanjut. Angka kesakitan malaria per kelompok
umur di Wilayah Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu pada 2016 sangat
bervariasi. Selama 2016 kelompok usia 0 - 11 bulan yang sakit
malaria sebanyak : 20 kasus,
kelompok usia 1- 4 tahun: 35 kasus, kelompok usia 5- 9 tahun: 50 kasus,
kelompok usia 10 -14 tahun: 45 kasus,
dan kelompok usia 15 tahun ke atas 55 kasus.
Tabel Penderita Penyakit Malaria di Puskesmas Basuki Rahmat Kota
Bengkulu Menurut Kelompok Umur
No
|
Kelompok Umur
|
Frekuensi
|
1
|
0 – 11 Bulan
|
20 Penderita
|
2
|
1 – 4 Tahun
|
35 Penderita
|
3
|
5 – 9 Tahun
|
50 Penderita
|
4
|
10 – 14 Tahun
|
45 Penderita
|
5
|
15 - >
|
55 Penderita
|
Guna
mengurangi kasus malaria, pemerintah membuat rencana pengendalian yang meliputi
kegiatan sosialisasi dan peningkatan kualitas pengobatan obat anti malaria
dengan ACT (Artemisinin Combination Therapy) di
seluruh Indonesia, peningkatan pemeriksaan laboratorium/mikroskop, dan penemuan
pengobatan dan pencegahan penularan malaria.
Selain itu,
dilakukan peningkatan perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan
malaria khususnya
melalui kegiatan pembagian kelambu berinsektisida (Long Lasting Insectisidal
Net) gratis ke
daerah endemis malaria tinggi yang masih dibantu oleh Global Fund.B.
B. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Surveilans Malaria
2. Mengetahui Tujuan Surveilans Malaria
3. Mengetahui Sistem Surveilans Malaria
4. Mengetahui Cara Penularan Penyakit Malaria
5. Mengetahui Manifestasi Penyakit Malaria
6. Mengetahui Gejala Penyakit Malaria
7. Mengetahui Cara Pencegahan Penyakit Malaria
8. Mengetahui Cara Pengobatan Penyakit
Malaria
9. Mengetahui Cara Pemberantasan Penyakit
Malaria
10. Mengetahui Evaluasi Surveilans Malaria
11. Mengetahui Alur Pelaporan Surveilans Malaria
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian Malaria
Malaria ialah
penyakit yang disebabkan oleh parasit yang sebagian
siklus hidupnya berada di dalam tubuh manusia dan sebagian di dalam tubuh nyamuk (NIAD, 2007). Parasit tersebut
berkembang biak dalam hati manusia dan kemudian
menginfeksi sel darah
merah (WHO, 2015). Malaria terjadi bila eritrosit
diinvasi oleh salah satu dari empat spesies parasit ptotozoa
dari genus Plasmodium (Wahab, 2000). Spesies yang
paling banyak dijumpai ialah Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax. Plasmodium Malariae dijumpai di Indonesia bagian
Timur sedangkan Plasmodium ovale pernah ditemukan di Papua dan Nusa
Tenggara Timur (Prabowo, 2004).
Malaria
pada manusia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (Anies (2006) dan (Tjay and Rahardja, 2007)):
1.
Malaria Tropik
Malaria
tropika juga disebut sebagai demam rimba (jungle fever). Merupakan Malaria terganas dengan mortalitas terbesar yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum dengan
masa inkubasi 7 – 12 hari. Jika tidak diobati Malaria jenis ini
akan dapat menyebabkan penderita
mengigau, koma hingga kematian akibat eritrosit yang menyumbat kapiler otak. Gejala dari Malaria ini ialah berkurangnya kesadaran dan
demam yang tidak
menentu dan terkadang terus menerus dengan suhu
yang sangat tinggi (di atas 48oC).
2.
Malaria Tersian
Malaria
jenis ini disebabkan oleh dua Plasmodium, yakni
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale. Malaria ini tidak menyebabkan kematian meski tidak dilakukan
pengobatan. Ciri – ciri dari Malaria ini ialah penderita mengalami
demam secara berkala 3 hari sekali
dengan puncak setelah setiap 48 jam. Masa inkubasi untuk Malaria ini ialah 10 – 14 hari. Gejala lain yang biasanya terjadi
ialah malaise umum, nyeri kepala, nyeri punggung dan mual.
3.
Malaria Kwartana
Malaria
kwartana mengakibatkan demam berkala 4 hari
sekali dengan puncak demam
setiap 72 jam. Gejala Malaria
ini mirip dengan Malaria tertiana namun gejala
pertama biasanya tidak terjadi antara 18
sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Parasit yang menyebabkan Malaria kwartana ialah Plasmodium Malariae dengan masa inkubasi
selama 4 – 6 minggu.
B. Gejala Malaria
Gejala malaria adalah penyakit
malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala utama
demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala
klinis lain sebagai berikut :
1.
Badan terasa lemas dan pucat karena
kekurangan darah dan berkeringat.
2.
Nafsu makan menurun.
3.
Mual-mual kadang-kadang diikuti
muntah
4.
Sakit kepala yang berat, terus
menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum.
5.
Dalam keadaan menahun (kronis)
gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
6.
Malaria berat, seperti gejala diatas
disertai kejang-kejang dan penurunan.
7.
Pada anak, makin muda usia makin
tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan
pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanyariwayat kunjungan ke atau
berasal dari daerah malaria.
8.
Gejala klasik malaria merupakan
suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadiumyang berurutan yaitu :
a)
Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini mulai dengan menggigil
dan perasaan yang sangat dingin. Gigigemeretak dan penderita biasanya menutup
tubuhnya dengan segala macam pakaiandan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi
lemah. Bibir dan jari jemarinya pucatkebiru-biruan, kulit kering dan pucat.
Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
b)
Stadium demam (Hot stage).
Setelah merasa kedinginan, pada
stadium ini penderita merasa kepanasan. Mukamerah, kulit kering dan terasa
sangat panas seperti terbakar, sakit kepala menjadi- jadi dan muntah kerap
terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat
hasil dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium
ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam
disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit
darah kedalam aliran darah.Pada plasmodium vivax dan P. ovate sison-sison dari
setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul
setiap tiga hari terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini.Pada
plasmodium malariaa, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria
P.vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam di ikuti
oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit
dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
c)
Stadium berkeringat (sweating stage).
Pada stadium ini penderita
berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan
meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita
biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi
tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara2 sampai 4 jam.
Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada
setiap penderita, tergantung pada species parasit dan umur dari penderita,
gejala klinis yang berat biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan
oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan
parasit (bentuk trofosoitdan sison). Untuk
berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hatidan ginjal sehingga
menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organtubuh tersebut. Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang
sampai tidak berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis
malaria ini. Kadang-Kadang gejalanya mirip
kholera atau dysentri. Black water fever yang merupakan gejala berat
adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air
senimenjadi merah tua atau hitam.
Gejala lain dari black water fever
adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black
water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P.
falcifarum yang berulang-ulang dan infeksi yang cukup berat.
C. Faktor Penyebab Infeksi Malaria
Penyakit
menular disebabkan oleh interaksi antara faktor host (pejamu), agent (penyebab penyakit) dan environment (lingkungan) (Nisa, 2007).
Host dibagi
menjadi dua yakni definitive host dan intermediate
host. Definitive host ialah
jika siklus seksual
suatu agent terjadi pada tubuh
host, jika yang terjadi pada tubuh host ialah siklus aseksual agent maka itu disebut sebagai intermediate host. definitive host penyakit Malaria ialah nyamuk Anopheles dan intermediate host Malaria ialah
manusia (Chandra, 2009).
a.
Definitive
Host Malaria
Terdapat
sekitar 3450 spesies nyamuk, 400 spesies diantaranya ialah nyamuk Anopheles dengan 70 spesies merupakan vektor Malaria. Anopheles yang menjadi vektor Malaria di Indonesia terdiri dari 24 spesies.
Spesies nyamuk Anopheles yang menjadi vektor ini berbeda – beda
menurut daerah, yaitu (Natadisastra and Agoes, 2009):
a.
Jawa dan Bali, terdiri
dari Anopheles sundaicus, Anopheles
aconitus, Anopheles maculatus, Anopheles subpictus, Anopheles
flavirostris, Anopheles tesselatus.
b.
Sumatera, yaitu Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus,
Anopheles nigerrimus, Anopheles
barbirostris, Anopheles
sinensis,
Anopheles kochi, Anopheles leucosphyrus, Anopheles subpictus, Anopheles annularis, Anopheles maculatus.
c.
Sulawesi, antara lain Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus,
Anopheles flavirostris, Anopheles minimus, Anopheles
vanus.
d.
Kalimantan, vektornya
adalah Anopheles sundaicus, Anopheles
umbrosus, Anopheles balabacensis, Anopheles baezai.
e.
Irian Jaya, yaitu Anopheles farauti, Anopheles punctulatus, Anopheles bancrofti,
Anopheles koliensis.
Siklus
hidup dari nyamuk melalui 4 tahap yakni telur,
larva, pupa dan dewasa. Fase tersebut dapat mudah dikenali dari bentuk fisik nyamuk tersebut (AMCA, 2014).
1)
Telur
Anopheles dan beberapa genus
lain bertelur tunggal dan tidak
meletakkan telur mereka membentuk rakit seperti spesies nyamuk lain
(Gambar 2.1a). Anopheles meletakkan
telur di permukaan air dan kebanyakan
telur menetas menjadi larva dalam
waktu 48 jam.
2)
Larva
Larva
hidup di dalam air dan muncul ke permukaan air
untuk bernafas. Larva melepaskan kulit mereka
sebanyak 4 kali dan terus
mengalami pertumbuhan setelah melepas kulit.
Kebanyakan larva memiliki sejenis pipa untuk bernafas dan menggantung terbalik dari
permukaan air. Akan tetapi Anopheles tidak memiliki pipa sehingga larva terletak sejajar dengan permukaan air untuk
mendapat pasokan oksigen melalui
saluran pernafasan. Sumber makanan larva ialah mikroorganisme dan bahan organik
yang ada di dalam air. Larva kemudian berubah menjadi pupa saat pelepasan kulit yang ke-empat.
3)
Pupa
Tahap
pupa ialah tahap istirahat, tidak makan saat
tahap perkembangan, tetapi tetap dapat berpindah, bereaksi terhadap perubahan cahaya dan bergerak
(terbalik) dengan memutar ekor mereka ke bagian bawah
atau daerah yang terlindung. Kemudian
nyamuk berubah dari tahap pupa
menjadi dewasa.
4)
Dewasa
Nyamuk
yang baru saja menjadi dewasa akan bertumpu
pada permukaan air dalam waktu yang singkat untuk membuat tubuhnya kering dan mengeras. Sayap nyamuk yang baru menjadi dewasa ini harus
menyebar dan dalam keadaan kering
sebelum terbang. Mereka belum berburu darah
dan tidak kawin selama beberapa
hari. Lamanya setiap
tahap pertumbuhan nyamuk tergantung pada suhu dan karakteristik spesies.
5).
Eksofilik: nyamuk yang
suka tinggal di luar rumah.
6).
Endofagik: nyamuk yang suka menggigit di dalam rumah/bangunan.
7).
Eksofagik: nyamuk yang
suka menggigit di luar rumah. Intermediate
Host Malaria
Manusia
dalam hal ini merupakan pengandung gametosit (gametocyte
carrier) dan meneruskan siklus hidup parasit yang ada dalam nyamuk (Natadisastra and Agoes, 2009). Faktor manusia ini meliputi usia, jenis kelamin, ras,
genetik, perilaku, nutrisi, imunitas, pekerjaan, riwayat
Malaria dan rekreasi (Nisa (2007) dan Arsin (2012).
D.
Cara Penularan
Bila nyamuk
anopheles mengigit orang yang sakit malaria, maka parasit akan ikut
terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut
berkembang biak.
Sesudah 7-14
hari apabila nyamuk tersebut mengigit orang sehat, maka parasit tersebutakan
ditularkan ke orang tersebut. Di dalam tubuh manusia parasit akan berkembang
biak,menyerang sel-sel darah merah.
Dalam wktu
kurang lebih 12 hari, orang tersebut akan sakitmalaria. Dalam keadaan tertentu
dapat terjadi penularan dengan bentuk Tropozoit, misalnyamelalui transfusi
darah, melalui plasenta dari ibu kepada bayinya dan penularan melalui
jarumsuntik yang terkontaminasi.
E. Manifestasi
Malaria
Ada beberapa bentuk manifestasi
penyakit malaria, antara lain:
1.
Malaria tertiana, disebabkan oleh
Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan demammuncul setiap hari ketiga.
2.
Malaria quartana, disebabkan oleh
Plasmodium malariae, penderita merasakan demam setiap hari keempat.
3.
Malaria serebral, disebabkan oleh
Plasmodium falciparum, penderita mengalami demam tidak teratur dengan disertai
gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase komadan kematian yang
mendadak.
4.
Malaria pernisiosa, disebabkan oleh
Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma
disertai gejala malaria yang berat Penyebaran kasus malaria di Indonesia banyak
ditemukan terutama pada daerah pedesaan dan sangat jarang di perkotaan.
Di Indonesia
diperkirakan lebih dari 90 juta penduduk hidup didaerah endemis malaria,
diperkirakan 15 juta kasus malaria. Di Wilayah Puskesmas Basuki Rahmat Kota
Bengkulu yang merupakan daerah endemis
malaria, angka kesakitan malaria menempati urutan pertama dari 10 besar
penyakit di Wilayah Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu. Angka API di
Jayapura tahun 2005 yaitu 140/1000 penduduk.
Saat ini
insiden malaria menurut data
adalah 8.736 per 1000
penduduk di Wilayah Puskesmas Basuki Rahmat Kota Bengkulu 10,2 %. Hal ini
disebabkan karena adanya hutan
bakau yang ada di pesisir pantai, kebiasaan penduduk tidur tanpa menggunakan kelambu,
adanya tempat perindukan nyamuk, dan kepatuhan masyarakat akan minum obat masih kurang Pada
penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu
jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed
infection).
Dari
kejadian infeksi campuran ini
biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara plasmodium falcifarum
dengan plasmodium vivax atau P. malariae.
F. Cara Pencegahan
Pencegahan
penyakit malaria dapat dilakukan melalui beberapa cara yakni :
a.
Pengobatan pencegahan, 2 hari
sebelum berangkat ke daerah malaria, minum obatdoksisilin 1 x 1 kapsul/ hari
sampai 2 minggu setelah keluar dari lokasi endemis malaria.
b.
Membersihkan lingkungan, Menimbun
genangan air, membersihkan lumut, gotongroyong membersihkan lingkungan sekitar,
mencegahnya dengan kentongan.
c.
Menebarkan pemakan jentik, Menekan
kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik. Seperti ikan
kepala timah, nila merah, gupi, mujair dll.
d.
Menggunakan kelambu (bed net) pada
waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu berinsektisida.
e. Mengolesi
badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
f. Menggunakan
pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.
g. Memasang
kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
h. Letak tempat
tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
i.
Mencegah penderita malaria dan
gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
j.
Membersihkan tempat
hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
k. Hindari
keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta genangan
air.
l.
Membunuh jentik nyamuk dengan
menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) padagenangan air atau menebarkan
ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
m. Melestarikan
hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang pantai.
G. Cara
Pengobatan
Ada beberapa
cara pengobatan penyakit malaria :
1.
Dalam pengobatan malaria terapi
antiplasmodium dan perawatan suportif sangat penting untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas.
2.
Klorokuin merupakan obat anti
malaria yangefektif terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap klorokuin.
Keuntungannya tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak mengganggu
kehamilan. Namun, dengan meluasnyaresistensi terhadap klorokuin, maka obat ini
sudah jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat.
3.
Kina merupakan obat anti-malaria
yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodiumdan dipilih sebagai obat utama
untuk menangani malaria berat karena masih berefek kuatterhadap P.falciparum
yang resisten terhadap klorokuin. Meskipun kina dapat digunakan pada masa
kehamilan, tetapi dapat menyebabkan kontraksi uterus dan memberikan
kontribusiuntuk hipoglikemia.
H.
Pengertian
Surveilans Malaria
Surveilans
malaria adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/ instansi
terkait secara sistematis dan terus menerus tentang situasi malaria dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan tersebut agar dapat dilakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.
Sedangkan surveilans malaria adalah kegiatan terus menerus, teratur dan
sistimatis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi data malaria
untuk menghasilkan informasi yang akurat yang dapat disebarluaskan dan
digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan penanggulangan yang cepat
dan tepat sesuai dengan kondisi daerah setempat.
Untuk Kata malaria
sendiri berasal dari bahasa Itali “mal’aria”
yang ketika itu orang beranggapan hal itu terjadi karena udara kotor. Namun
dalam bahasa Perancis yang disebut “Paludismo” atau daerah rawa
dan payau serta pinggiran pantai, dimana indikasi awalnya setiap orang yang menderita
penyakit ini kebanyakan berasal dari daerah tersebut dan malaria menurut WHO adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria /
protozoagenus plasmodium yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh
nyamuk anopeles betina ditandai dengan demam, muka nampak pucat dan
pembesaran organ tubuh manusia.
Saat ini dikenal 4 macam parasit malaria yaitu Plasmodium Vivax, Plasmodium
Ovale, PlasmodiumFalsifarum, Plasmodium Malariae.Penyakit malaria ditularkan
melalui gigitan nyamuk malaria (anopheles) yang mengandung
Sporozoit.
I. Tujuan
Surveilans
Tujuan
surveilans dalam program pemberantasan malaria antara lain :
a.
Melakukan pengamatan dini (SKD)
malaria di Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka mencegah
kejadian luar biasa (KLB) malaria.
b.
Menghasilkan informasi yang cepat
dan akurat yang dapat disebarluaskan dan dipergunakan sebagai dasar
penanggulangan malaria yang cepat dan tepat yang direncanakan sesuai dengan
permasalahan.
c.
Penanggulangan kejadian luar biasa
(KLB) secara dini. d). Mengetahui trend penyakit dari waktu ke waktu.
d.
Mendapatkan gambaran distribusi
penyakit malaria menurut orang, tempat dan waktu.
J. Kebijakan
Tujuan
diatas kemudian dioperasionalkan dalam bentuk beberapa kebijakan yang telah
ditetapkan oleh kementerian kesehatan, sebagai berikut :
a.
Pengumpulan, pengolahan,
interpretasi data malaria dilakukan pada semua tingkatan administratif mulai
dari Puskesmas pembantu, Puskesmas, Rumah sakit, Dinas Kesehatan dan Departemen
Kesehatan.
b.
Meningkatkan peran-serta masyarakat
seperti kader malaria, pos obat desa (POD), terutama dalam kegiatan pengobatan.
c.
Meningkatkan kemitraan dalam
jaringan informasi malaria dengan sektor terkait.Upaya pemberantasan malaria
yang tepat dan cepat yang berpedoman pada petunjuk dasar atau “evidence based”.
d.
Meningkatkan kerja sama lintas batas
wilayah administratif (perbatasan wilayah Puskesmas, kabupaten, propinsi dan
antar negara) dalam perencanaan dan upaya penanggulangan malaria.
BAB III
METODE SURVEILANS MALARIA
Pelaksanaan
kebijakan diatas, kemudian diterapkan dalam bentuk penyelenggaraan surveilans
program pencegahan penyakit malaria, yang antara lain meliputi tahap pengamatan
dan survei. Pada tahap pengamatan penyakit malaria beberapa kegiatan yang
dilakukan antara lain berupa kegiatan penemuan penderita malaria. Tujuan
penemuan penderita adalah menemukan penderita secara dini dan secepatnya
memberikan pengobatan, memantau fluktuasi malaria pada suatu tempat, sebagai
alat bantu menentukan musim penularan, dan peringatan dini terhadap kejadian
luar biasa (KLB).
A. TAHAPAN SUERVEILANS MALARIA
Tahap diatas dilaksanakan dengan
beberapa jenis kegiatan yang seperti Active Case Detection (ACD). Kegiatan
ini dilakukan secara aktif oleh juru malaria desa atau petugas lapangan
malaria, dengan jenis kunjungan dilakukan pada beberapa jenis kriteria desa
endemik malaria, antara lain :
1)
Desa High Case Incidence
(HCI), dengan melakukan kunjungan rumah 2 minggu sekali.
2)
Desa Middle Case Incidence (MCI),
dengan melakukan kunjungan rumah 1 bulan sekali.
3)
Desa Low Cace Incidence (LCI),
dengan melakukan kunjungan ditingkat dusun sebulan sekali.
B. TINDAK LANJUT
Tindak
lanjut kunjungan diatas, kemudian diikuti dengan kegiatan pengambilan sediaan
darah (SD). Kegiatan ini hanya dilakukan pada penduduk yang memenuhi beberapa
criteria yang dipersyaratkan seperti demam, menggigil, baik disertai sakit
kepala atau tidak dalam tiga hari terakhir. Selain pengambilan sediaan darah juga dilakukan
kegiatan passive case detection (PCD). PCD dilakukan dengan mengintensifkan
pengambilan sediaan darah di institusi/pusat pelayanan kesehatan swasta maupun
pemerintah dan kader pelayanan kesehatan. Setelah beberapa tahap kegiatan diatas dilakukan, selanjutnya dilaksanakan
tahap kegiatan penyidikan epidemiologi. Kegiatan ini dilakukan pada seluruh
penghuni rumah, tempat tinggal penderita positip malaria dan seluruh penghuni
pada empat rumah ddisekeliling rumah penderita tersebut. Selain itu juga
dilaksanakan survey penderita malarai. Survei yang dilakukan dalam
pemberantasan malaria meliputi jenis survei malariometrik (MS), Mass fever
survei (MFS), Survei kontak, dan survei migrasi.
Kegiatan
lain yang tidak kalah penting dalam surveilans malaria adalah pengamatan
vektor. Beberapa jenis pengamatan vektor malaria dilakukan dengan :
a)
Pengamatan sewaktu (spot
survei)
b)
Pengamatan kesinambungan
(longitudinal survei)
c)
Pengamatan lingkungan, yang
dilaksanakan dengan melakukan pengamatan tempat-tempat perindukan nyamuk.
Kondisi perkembangan malaria pada suatau wilayah
kemudian dipetakan. Pembagian situasi malaria pada suatu wilayah dibagi dalam
beberapa kriteria antara lain periode peringatan dini, periode kejadian luar biasa
(KLB), dan periode pasca KLB.
Sedangkan jenis data yang dianalisa untuk kepentingan pembagian periodisasi
tersebut antara lain :
(1)
Periode
pengamatan dini
Periode ini
data yang diperlukan berbeda pada berbagai tingkatan kewilayahan. Pada tingkat Puskesmas,
jenis data yang dikumpulkan adalah data kasus vektor, logistik, demografi dan
lingkungan. Sedangkan pada tahap pengolahan dan anlisa data, dengan
memperhatikan variablel-variabel antara lain :
(a) Indikasi
situasi malaria, dibedakan menjadi situasi malaria di Puskesmas yang sudah
mampu memeriksa spesimen darah secara laboratorium dan Puskesmas yang belum
mampu
(b) Indikasi
perubahan lingkungan. Tingkat reseptivitas.
(c) Situasi
lingkungan – Untuk memudahkan interpretasi data, maka semua data disajikan
dalam bentuk yang mudah dipahami, yaitu dalam bentuk peta, angka insiden, peta
vektor, peta keadaan geografis tabel dan grafik.
Apabila
terjadi kecenderungan peningkatan penderita malaria kemudian dilakukan upaya
penanggulangan dengan Mass fever survey (MFS), pengamatan vektor dan
pemberantasan vektor. Pada tingkat
Kabupaten jenis data yang dikumpulkan adalah data kematian di Puskesmas dan
rumah sakit, data kasus per desa per tahun, data cakupan pengobatan, data
vektor, data laboratorium, data demografi, data logistik, data lingkungan,
(curah hujan, luas tempat perindukan) dan data sosial budaya. Sedangkan jenis data yang dikumpulkan adalah data
kematian di puskesmas dan rumah sakit, data kasus per desa per tahun, data
cakupan pengobatan, data vektor, data demografi, dan data logistik
(2) Periode Kejadian Luar Biasa
Pada periode
KLB yang dikumpulkan antara lain data kematian, data kasus dan trend malaria,
data vektor, data lingkungan yang berkaitan dengan vektor (tempat perindukan,
ternak), data form W1 (dilaporkan dalam 24 jam), data hasil konfirmasi KLB,
data batas wilayah KLB, data logistik (obat malaria, bahan dan peralatan
lainnya), data hasil upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
(3) Pasca Kejadian Luar Biasa
Kegiatan
yang dilakukan pada periode ini sama seperti pada periode pengamatan dini yaitu
pengamatan kasus, vektor dan lingkungan yang dilakukan secara lebih intensif. Data yang
telah diolah dan dianalisa menjadi informasi yang mendukung upaya
penanggulangan malaria digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Sedangkan
sebagai alat bantu pengambilan keputusan dilakukan pengolahan data dengan
ukuran-¬ukuran seperti insiden dan prevalensi, dengan beberapa indikator
seperti angka kesakitan dan angka kematian karena malaria, Prevalence Rate
(PR), Slide positive rate (SPR), data vektor seperti Man bitting rate (MBR),
jenis vektor, bionomik vektor, status kerentanan vektor, serta data terkait
lingkungan.
C. Sistem Surveilans Malaria
Dalam sistem surveilans malaria mencakup hal-hal pokok sebagai berikut
(Depkes RI, 2007) :
1.
Pengumpulan data melalui kegiatan penemuan kasus.
Penemuan penderita malaria dilakukan dengan :
a)
Cara pasif (Passive Case Detection) yaitu penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada
mereka yang datang berkunjung ke UPK.
b)
Survei
malariometrik, yang
terdiri dari :
1)
Survei malariometrik dasar, yaitu
mengukur tingkat endemisitas dan prevalensi di wilayah epidemiologis yang belum
tercakup oleh kegiatan pemberantasan vektor. Waktu pengambilan darah pada saat
puncak tertinggi fluktuasi malaria klinis atau data entomologi setempat dan
dilaksanakan 1 kali saja.
2)
Survei malariometrik evaluasi, yaitu
mengukur dampak kegiatan pemberantasan vektor khususnya penyemprotan rumah di
daerah prioritas. Waktu pengambilan darah pada saat puncak tertinggi fluktuasi
malaria klinis atau data entomologi setempat.
2.
Pengolahan dan Analisa Data
Data yang
telah diterima kemudian diolah dan dianalisa selanjutnya disajikan dalam bentuk
teks, tabel, grafik dan atau spot map. Pengolahan dan analisa dilakukan di tingkat Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan Pusat.
3.
Umpan Balik dan Penyebarluasan
Informasi
a)
Puskesmas mengirim umpan balik ke
Puskesmas Pembantu yang ada di wilayahnya.
b)
Dinas Kesehatan Kabupaten mengirim
umpan balik kepada seluruh Puskesmas.
c)
Dinas Kesehatan Propinsi mengirim
umpan balik ke Dinas Kesehatan Kabupaten.
d)
Departemen Kesehatan RI mengirim
umpan balik ke semua Propinsi Sedangkan penyebarluasan informasi melalui laporan
triwulan, tahunan, profil kesehatan, dan Laporan akuntabilitas instansi
pemerintah (LAKIP) yang diinformasikan kepada lintas sektor dan program
terkait, para penentu keputusan dan kebijakan serta masyarakat yang
membutuhkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Berdasarkan data yng didapat di puskesmas basuki rahmat kota bengkulu di
dapatkan hasil
sebagai berikut:
Umur
|
MALARIA
|
|||
|
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
Dewasa
|
7
|
58,3
|
72
|
57,1
|
Lansia (>45 th)
|
5
|
41,7
|
29
|
23
|
Remaja (12 – 25 th)
|
0
|
0
|
25
|
19,8
|
Jumlah
|
12
|
100
|
126
|
100
|
Dari tabel di atas berdasarkan karakteristik umur didapatkan bahwa pada
umur dewasa terdapat 7 orang (58,3%) yang menderita malaria, 72 orang (57,1%)
tidak malaria. Usia lansia terdapat 5 orang (41,7%) malaria dan 29 orang (23%)
tidak malaria. Usia remaja tidak ada menderita malaria.
Jenis kelamin
|
MALARIA
|
|||
|
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
Laki - laki
|
4
|
33,3
|
53
|
42,1
|
Perempuan
|
8
|
66,7
|
73
|
57,9
|
Jumlah
|
12
|
100
|
126
|
100
|
Dari tabel di atas berdasarkan karakteristik jenis kelamin didapatkan bahwa
terdapat laki-laki 4 orang (33,3%) menderita malaria dan 53 orang (42,1%) tidak
malaria. Sedangkan perempuan terdapat 8 orang (66,7%) menderita malaria dan 73
orang (57,9%) tidak malaria.
Pekerjaan
|
MALARIA
|
|||
|
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
Bekerja
|
7
|
58,3
|
22
|
17,5
|
Tidak bekerja
|
5
|
41,7
|
104
|
82,5
|
Jumlah
|
12
|
100
|
126
|
100
|
Dari tabel di atas berdasarkan
pekerjaan didapatkan bahwa orang yang bekerja lebih rentan terjangkit malaria
dibanding tidak bekerja.
B. PEMBAHASAN
1.
Usia
Pada
dasarnya, malaria dapat menyerang semua kelompok
manusia dan tidak mengenal usia, jenis kelamin
maupun ras. Namun, perbedaan usia merupakan salah
satu yang menyebabkan perbedaan
kekebalan tubuh terhadap gigitan nyamuk (Arsin, 2012). Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian
Malaria. Aadapun penyebab lain karena perilaku berisiko Malaria sebagian besar dilakukan
oleh responden dengan rentang usia dewasa. Data menunjukkan
bahwa sebanyak 51,7% responden yang
keluar rumah pada malam hari dan 50,5% reponden yang tidak memakai kelambu pada saat tidur dimalam hari
diketahui berusia dewasa. Selain
itu, sebagian besar masyarakat (57%) yang tidak menggunakan obat nyamuk saat tidur dimalam
hari juga diketahui merupakan
responden usia dewasa.
Beberapa
perilaku berisiko tersebut dilakukan oleh responden
karena beberapa hal antara lain karena ingin berpartisipasi di kelompok masyarakat. Suroso et al. (2014) mengatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat antara lain ialah faktor usia,
pekerjaan dan pendidikan. Masyarakat dengan umur 41 – 50 tahun cenderung lebih aktif mengikuti musyawarah daripada usia yang lebih muda atau lebih tua. Hal ini dapat
dikarenakan kelompok dengan
usia lebih muda merasa sungkan terhadap masyarakat yang lebih tua karena dianggap lebih senior dan lebih
banyak memberikan masukan sehingga
mereka memilih untuk tidak berpartisipasi.
2.
Jenis kelamin
Malaria
tidak menyerang manusia berdasarkan jenis kelamin tertentu karena vektor penyakit Malaria
menularkan Malaria kepada laki – laki dan perempuan.
Namun, secara kekebalan tubuh yang dimiliki
perempuan hamil akan memiliki risiko lebih tinggi terkena Malaria dibandingkan dengan laki – laki
atau perempuan biasa. Hal tersebut
dikarenakan Malaria dapat menyebabkan anemia
yang lebih berat
pada perempuan dengan kondisi hamil (Arsin, 2012).
3.
Pekerjaan
Pekerjaan
dapat berperan penting terhadap penyakit Malaria
karena berhubungan dengan kondisi lingkungan pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang dilakukan diluar rumah, di pedesaan
atau di perkebunan akan memiliki
risiko yang lebih besar untuk tergigit nyamuk
Malaria. Besarnya risiko tergigit
nyamuk tersebut menjadikan
jenis pekerjaan dapat menyebabkan responden
juga memiliki risiko tinggi terkena
Malaria (Sulistiani, 2012).
C. Evaluasi Surveilans Malaria
Evaluasi atau penilaian merupakan suatu kegiatan yang harus dilaksanakan
secara terus menerus terhadap masukan (input), proses keluaran (output)
dan dampak (outcome) Evaluasi surveilans malaria yang dilaksanakan yaitu
:
1.
Terhadap
masukan meliputi tenaga, biaya bahan dan peralatan.
2.
Terhadap
keluaran yaitu pada penemuan penderita untuk daerah di luar Jawa dan Bali
sedapat mungkin dipisahkan hasil dari PCD yang dilaksanakan di daerah prioritas
dan nonprioritas, hal ini diperlukan untuk mengadakan evaluasi atau penilaian yang
lebih obyektif karena perbedaan jenis kegiatan di kedua daerah tersebut.
3.
Terhadap dampak
yang terdiri dari :
a) Angka kesakitan
per 1.000 penduduk
Penurunan angka ini selalu dikaitkan dengan proporsi cakupan pengambilan
sediaan darah (SD), bila penurunan angka kesakitan disertai proporsi SD menurun
maka penurunan angka kesakitan perlu dipertanyakan.
b) SPR (Slide
Positive Rate)
Tinggi rendahnya SPR menunjukkan tinggi rendahnya kemampuan diagnosa klinis
dari pemeriksaan pasien. Persyaratan disini diperlukan seorang mikroskopis yang
berkualitas dengan error ratecukup rendah (<5%).
c) PR (Positive
Rate)
Digunakan untuk mengukur dampak penyemprotan/ pemberantasan vektor yang
diperoleh dari survei malariometrik yang dikerjakan satu tahun sekali.
d) SR (Spleen Rate) dan AES (Average Enlarged
Spleen)
Kedua indikator ini diperoleh dari survey malariometrik. Adanya pembesaran
limpa pada golongan umur tertentu penduduk menunjukkan bahwa malaria sudah
cukup lama ada di daerah tersebut.
e) PF (Parasit
Formula)
Suatu program pemberantasan malaria di suatu daerah akan
menurunkan plasmodium falciparum karena gametosit plasmodium
falciparum timbulnya lebih lambat dari pada gametosit spesies lainnya.
D.
Alur Pelaporan
Pelaporan kasus malaria dilaksanakan berjenjang mulai dari Unit Pelayanan
Kesehatan (UPK) melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten, dari Dinas
Kesehatan Kabupaten ke Dinas Kesehatan Propinsi dan pelaporan dari Dinas
Kesehatan Propinsi ke Departemen Kesehatan RI (Subdit Arbovirosis, Ditjen
P2M dan PL ), pelaporan ini mencakup laporan rutin, laporan pada situasi KLB
dan umpan balik laporan.
E. Kontak
Puskesmas terdekat dalam wilayah kecamatan tempat
penderita berada, Rumah Sakit terdekat, dokter praktek terdekat, Dinas
Kesehatan Kabupaten.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a.
Di Indonesia sampai saat ini
penyakit malaria masih merupakan masalah Kesehatan Masyarakat. Terutama di
daerah Indonesia bagian timur.
b.
Angka kesakitan penyakit ini masih
cukup tinggi terutama dijumpai di daerah endemis seperti halnya di provinsi Wilayah Puskesmas
Basuki Rahmat Kota Bengkulu.
c.
Penyakit malaria sebagai salah satu
masalah kesehatan masyarakat tak lepas dari unsur segitiga epidemiologit,
dimana manusia sebagai host, parasit plasmodium sebagai agent dankondisi
lingkungan (environment) yang mendukung.
d.
Sementara penyakit merupakan
outcomedari adanya interaksi antara host, agent dan environment. Dalam ilmu
epidemiologi sering disebut dengan segitiga epidemiologi yakni hubungan
timbal balik antara host (pejamu), agent(penyebab penyakit) dan
environment (lingkungan)Penyebab penyakit malaria di Indonesia adalah genus
plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae, Sampai saat ini dikenal 4
(empat) macam parasit malaria yaitu: Plasmodium Falcifarum penyebab malaria
tropika yang sering menyebabkan malaria berat, Plasmodilun vivax penyebab
malaria Tertiana, Plasmodium Malariae penyebab malaria Quartana, Plasmodium
Ovate jenis ini jarang sekali di jumpai di Indonesia, karena
umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik barat.
e.
Walaupun ditularkan lewat gigitan
nyamuk sebenarnya penyakit ini merupakan suatu penyakit ekologis
(lingkungan). Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang
memungkinkan nyamuk berkembang biak dan berpotensi melakukan kontak langsung
denganmanusia karena hidupnya tidak jauh dari aktifitas manusia sehari-hari.
f.
Faktor lingkungan antaralain berupa
air, suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin.Dewasa ini
upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui pemberantasan
vektor penyebab malaria(nyamuk anopheles).
B. SARAN
a.
Mensosialisasikan
secara rutin mengenai perilaku pencegahan
penyakit Malaria bagi masyarakat setempat.
b.
Mengalokasikan dana
lebih banyak untuk penyediaan kelambu
berinsektisida.
c.
Memfokuskan program dan
kebijakan pada perlindungan pekerja
yang bekerja diluar rumah hingga larut malam. Kebijakan yang dapat dibuat antara
lain ialah larangan menggunakan baju dan celana pendek setelah pukul
18.00 WIB. Penerapan kebijakan tersebut dapat dibantu oleh perangkat
setempat untuk selalu menegur,
menginformasikan gambaran dampak negatif akibat memakai pakaian terbuka dan menasehati agar masyarakat dapat terbiasa.
REFERENSI
Anies 2006. Manajemen
Berbasis Lingkungan: Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular, Jakarta,
PT. Elex Media Komputindo.
Arsin,
A. A. 2012. Malaria di Indonesia:
Tinjauan Aspek Epidemiologi, Makasar, MASAGENA
PRESS.
Arsin, A. A., Nasir, M. & Nawi, R.
2013. Hubungan Penggunaan Kelambu
Berinsektisida dengan Kejadian Malaria di Kabupaten Halmahera Timur. Jurnal
Masyarakat Epidemiologi Indonesia, Vol. 1 No. 3 6.
Bengkulu
dalam angka, 2015
Nisa,
H. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta,
UIN Jakarta Press.
Natadisastra,
D. & Agoes, R. 2009. Parasitologi
Kedokteran: ditinjau dari organ
tubuh yang diserang, Jakarta, EGC.
Puskesmas
Basuki Rahmat, data laporan penyakit, 2016
Riskesdas
2013
Sulistiani,
N. E. 2012. Faktor - faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Malaria
di Puskesmas Kokap 2 Kabupaten Kulon Progo Provinsi
Yogyakarta Tahun 2012. S1, Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar