HYGIENE SANITASI
MAKANAN JAJANAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR PANORAMA LINGKAR TIMUR
KOTA BENGKULU
TAHUN 2012
Oleh :
NOPIAWATI, S.KM
ABSTRACT
Food is a basic requirement for human life. Hawker
foods are foods that are processed by the craftsmen of the food as fast food.
Hawker food is also a risk that could potentially lead to disease and health
problems due to the implementation of a lack of attention or processing of food
sanitation hygiene.
Hygiene is the prevention of disease by maintaining
the cleanliness of individuals and communities to remain in good health. While
sanitation is the effort devoted to cleanliness and purity of food so as not to
cause disease.
Hawker food hygiene sanitation problems such as
found in food handlers, food equipment, means of snacks, food presentation, and
clean water supply is owned by the vendor.
The purpose of this study was to determine the
sanitary hygienic hawker food hawkers in Panorama Market Lingkar Timur In
Bengkulu City 2012, which is based on personal hygiene, how to wash equipment,
state of hawker facilities, way of presenting food, water supply and inspection
Coliform bacteria in water samples of clean washing equipment.
Type of this research is quantitative descriptive
approach. The study was conducted in March-April 2012 at the Panorama Market Lingkar
Timur in Bengkulu City. The sample in this study were all hawker food trade,
amounting to 67 traders.
From the research results can be concluded that the
hawker food sanitation hygiene of street vendors in the Panorama Market Lingkar
Timur in Bengkulu City in 2012 most of the 50 traders (75%) did not meet health
requirements.
Suggestions for UPTD of Panorama Market Lingkar
Timur, Panorama Public Health and Health Center, in order to conduct guidance
and counseling to hawker food vendors on the procedures for the application of
sanitary food hygiene qualified health snacks, and should be more selective in
buying and eating snacks.

Key words: Food Snacks, Sanitation
Hygiene
A.
PENDAHULUAN
Makanan merupakan kebutuhan yang
mendasar bagi kehidupan manusia. Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan
berbagai cara penggolahan yang baik (Santoso, 1999). Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi
kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang
bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan
dan minuman dari segala bahaya yang dapat
menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,
penyimpanan, pengangkutan, sampai
pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan
kepada masyarakat atau konsumen (Depkes RI, 2003).
Makanan jajanan bagian dari upaya penyediaan pangan,
dewasa ini telah berkembang pesat sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan
makanan murah, praktis, mudah diperoleh dan banyak digemari oleh sebagian besar
masyarakat. Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh
pengrajin makanan di tempat penjualan atau disajikan sebagai makanan siap
santap untuk dijual ( Kepmenkes RI, 2003). Makanan jajanan ini masih mengandung
resiko yang cukup potensial menyebabkan penyakit dan gangguan kesehatan, akibat
penyelenggaraan yang kurang memperhatikan sanitasi makanan (Depkes RI, 2003).
Menurut Penelitiam Djaja (2003),
menyatakan bahwa di 3 (tiga) jenis tempat pengelolaan makanan (PTM)
menyimpulkan bahwa pedagang kaki lima beresiko 3,5 kali lipat terhadap
terjadinya kontaminasi makanan dibandingkan dengan usaha jasaboga, restoran,
dan rumah makan. Kontaminasi makanan pada pedagang kaki lima ini dapat terjadi
karena hygiene dan sanitasi pada saat pengolahan makanan dan tempat penyajian
makanan mungkin belum memenuhi persyaratan kesehatan.
Berdasarkan laporan Balai Besar/Balai
POM diseluruh Indonesia telah terjadi keracunan pangan (KLB) sebanyak 153
kejadian dan 7347 di 25 Propinsi. Kejadian keracunan terbanyak di Propinsi Jawa
Barat yaitu sebesar 32 kejadian (21%), sementara untuk Propinsi Jambi,
Bengkulu, Sulawesi Tengah dan Maluku masing-masing 3 kejadian (2%). Jika
ditinjau dari sumber pangannya terlihat bahwa yang menyebabkan keracunan pangan
adalah makanan yang berasal dari masakan rumah tangga 72 kejadian keracunan
(47,1%), industri jasa boga sebanyak 34 kejadian keracunan (22,2%), makanan
olahan 23 kejadian keracunan (15,0%), makanan jajanan 22 kejadian keracunan
(14,4%) (BPOM RI, 2011).
Berdasarkan Kepmenkes RI No.
942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan
Jajanan, terdapat beberapa aspek yang diatur dalam penanganan makanan jajanan,
yaitu penjamah makanan, peralatan, air, bahan makanan, penyajian, dan sarana
penjaja. Aspek ini yang sangat berpengaruh terhadap kualitas makanan.
Berdasarkan observasi di lapangan pada bulan
November 2011 di Pasar Panorama Kota Bengkulu makanan jajanan yang dijual meliputi:
Bakso, soto, miso, pangsit, nasi goreng, nasi sayur, lontong, gorengan, sate, martabak,
pempek, model dan ayam bakar. Adapun penjual menjajakan makananannya mulai
pukul 06.00 Wib pagi sampai dengan pukul 18.00 Wib, hal ini tergantung jenis
makanan yang mereka jual. Selanjutnya makanan dijual berada dipinggir jalan
yang padat lalu lintas menggunakan sarana gerobak dorong, warung tenda, dan
ruko yang mereka miliki. Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa masih banyak
penjual atau penjama makanan yang tidak memakai celemek, tutup kepala, pada
saat melayani pembeli dan menyajikan makanan sambil bercakap-cakap, mencuci
peralatan makan tidak menggunakan sabun atau detergen dan kurangnya penyediaan
air bersih. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Hygiene Sanitasi
Makanan Jajanan Pedagang Kaki Lima di Pasar Panorama Lingkar Timur Kota
Bengkulu Tahun 2012”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hygiene
sanitasi makanan jajanan yang dijajakan di Pasar Panorama Kota Bengkulu tahun
2012.
B.
METODE
PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observatif
dengan pendekatan deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif
kuantitatif adalah penelitian yang datanya berhubungan dengan
angka-angka baik yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun diperoleh dengan
mengubah data kualitatif ke dalam data
kuantitatif dan pengolahan datanya dengan teknik non-statistik (Notoatmodjo,
2005). Lokasi penelitian dilakukan di Pasar Panorama Lingkar Timur Kota
Bengkulu, waktu penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yaitu tanggal 01 Maret – 01 April 2012.
Populasi pada penelitian ini adalah pedagang makanan
jajanan kaki lima yang
memakai gerobak, yang berlokasikan di Pasar Panorama
Lingkar Timur Kota Bengkulu Tahun 2012 yang berjumlah 67 pedagang yang diduga
rawan terhadap pencemaran karena berlokasi di tengah-tengah pasar yang
lingkungannya masih kotor dan kumuh. Sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan
total sampling, dimana akan diambil
dari seluruh populasi yaitu 67 pedagang makanan jajanan di Pasar
Panorama Kota Bengkulu yang dianggap rawan pencemaran dan menggunakan sampel air untuk pemeriksaan bakteri
coli, berdasarkan sumber air bersih pencucian peralatan pedagang makanan
jajanan yang berbeda-beda.
Untuk mendapatkan data atau informasi jelas dan
akurat yang berhubungan dengan masalah yang dirumuskan oleh penulis dalam
penelitian ini yaitu menggunakan data Primer,
yang diperoleh melalui pengamatan observasi atau pengamatan langsung pada subyek penelitian yaitu 67 pedagang makanan jajanan kaki lima
dengan menggunakan checklist objek penilaian hygiene sanitasi antara lain: penjama makanan, pencucian
peralatan, sarana jajanan, penyajian makanan dan penyediaan air bersih.
Pengukuran keadaan hygiene sanitasi dilakukan berdasarkan Kepmenkes RI
No.942/Menkes/SK/VII/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan.
Hasil penelitian ada dua kategori yaitu memenuhi syarat kesehatan dan tidak
memenuhi syarat kesehatan. Kategori memenuhi syarat kesehatan jika mencapai
nilai 70% atau lebih dan kategori tidak memenuhi syarat kesehatan jika nilai dibawah 70%.
Data yang diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan checklist akan
dianalisis secara univariat yang akan di sajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
C.
HASIL PENELITIAN
1.
Gambaran Umum
Lokasi Penelitian
Pasar
Panorama adalah salah satu pusat pembelanjaan masyarakat Kota Bengkulu, yang
terletak di Jalan Salak Raya Lingkar Timur Kelurahan Panorama, Kecamatan
Singaran Pati Kota Bengkulu. Pasar Panorama mempunyai Luas wilayah 3,2 Ha atau 32.000 KM2. Jumlah seluruh pedagang yang
terdapat di Pasar Panorama tahun 2012
adalah 2.680 pedagang, terdiri dari 1.122 pedagang Auning, 530 pedagang
Kios, dan 1.028 pedagang Kaki Lima. Sedangkan khusus untuk pedagang Makanan
Jajanan Kaki Lima terdapat 67 pedagang (Profil
UPTD Pasar Panorama, 2012).
2.
Deskripsi
Pedagang Makanan Jajanan di Pasar Panorama Lingkar Timur
Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti data
yang didapat sebagai berikut:
Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Personal Hygiene
No.
|
Keadaan
Personal Hygiene
|
Kategori
|
Jumlah
|
||||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
Pedagang
|
%
|
||
1
|
Berpakaian bersih
|
52
|
77,6
|
15
|
22,4
|
67
|
100
|
2
|
Memakai celemek
|
17
|
25,4
|
50
|
74,6
|
67
|
100
|
3
|
Memakai tutup kepala
|
21
|
31,3
|
46
|
68,7
|
67
|
100
|
4
|
Kuku bersih dan pendek
|
11
|
16,4
|
56
|
83,6
|
67
|
100
|
5
|
Selalu pakai alat bantu menjamah
makanan
|
46
|
68,7
|
21
|
31,3
|
67
|
100
|
6
|
Tidak ngbrol/bercakap-cakap
menangani makanan
|
8
|
11,9
|
59
|
88,1
|
67
|
100
|
7
|
Tidak merokok waktu menangani
makanan
|
49
|
73,1
|
18
|
26,9
|
67
|
100
|
8
|
Tidak mengunyah waktu menangani
makanan
|
56
|
83,6
|
11
|
16,4
|
67
|
100
|
Dari hasil skoring
yang ditinjau dari personal hygiene atau penjamah makanan pada pedagang kaki
lima di Pasar Panorama secara umum yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 9
orang (13,0%), dan pedagang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 58 orang
(87,0%).
Tabel 2: Distribusi
Frekuensi Berdasarkan Cara Pencucian Peralatan
No.
|
Pencucian
Peralatan
|
Kategori
|
Jumlah
|
||||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
Pedagang
|
%
|
||
1.
|
Pencucian peralatan menggunakan bahan
penbersih/sabun
|
61
|
91,0
|
6
|
9,0
|
67
|
100
|
2.
|
Air pencucian peralatan tidak dipakai
secara berulang
|
10
|
14,9
|
57
|
85,1
|
67
|
100
|
3.
|
Penyimpanan peralatan terhindar dari
pencemaran
|
46
|
68,7
|
21
|
31,3
|
67
|
100
|
Dari hasil skoring,
secara umum cara pencucian peralatan yang dilakukan oleh pedagang makanan
jajanan di Pasar Panorama yang telah memunuhi syarat kesehatan sebanyak 10
orang (15,0%), dan pedagang yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 57 orang (85,0%).
Tabel
3: Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keadaan Sarana Jajanan
No.
|
Keadaan
sarana jajanan
|
Kategori
|
Jumlah
|
||||
Ya
|
%
|
Tdk
|
%
|
Pedagang
|
%
|
||
1
|
Kontruksi sarana jajanan layak
pakai
|
48
|
71,6
|
19
|
28,4
|
67
|
100
|
2
|
Sarana jajanan mudah
dibersihkan
|
39
|
58,2
|
28
|
41,8
|
67
|
100
|
3
|
Tersedianya air bersih
|
64
|
95,5
|
3
|
4,5
|
67
|
100
|
4
|
13
|
19,4
|
54
|
80,6
|
67
|
100
|
|
5
|
Tersedianya tempat penyimpanan
makanan siap saji
|
26
|
38,8
|
41
|
61,2
|
67
|
100
|
6
|
Tersedianya tempat penyimpanan peralatan
|
30
|
44,8
|
37
|
55,2
|
67
|
100
|
7
|
Tersedianya tempat cuci (alat,
tangan, dan bahan makanan)
|
18
|
26,9
|
49
|
73,1
|
67
|
100
|
8
|
Tersedianya tempat sampah
|
64
|
95,5
|
3
|
4,5
|
67
|
100
|
Dari hasil penelitian bahwa secara umum keadaan sarana jajanan para
pedagang makanan jajanan di Pasar Panorama yang memenuhi syarat kesehatan
sebanyak 24 pedagang (36,0%) dan
pedagang yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 43 orang (64,0%).
Tabel 4 : Distribusi
Frekuensi Berdasarkan Cara Penyajian Makanan Jajanan
No.
|
Penyajian makanan
|
Kategori
|
Jumlah
|
||||
Ya
|
%
|
Tdk
|
%
|
Pedagang
|
%
|
||
1
|
Makanan disajikan dalam keadaan
tertutup
|
27
|
40,3
|
40
|
59,7
|
67
|
100
|
2
|
Penutup makanan dalam keadaan bersih
|
27
|
40,3
|
40
|
59,7
|
67
|
100
|
3
|
Pembungkus makanan jajanan dilarang
ditiup
|
56
|
83,6
|
11
|
16,4
|
67
|
100
|
4
|
Makanan yang diangkut harus tertutup
dan dalam wadah yang bersih
|
37
|
55,2
|
30
|
44,8
|
67
|
100
|
5
|
Makanan jajanan yang diangkut terpisah
dengan wadah mentah
|
37
|
55,2
|
30
|
44,8
|
67
|
100
|
6
|
Alas makan tidak terbuat dari kertas
atau Koran bekas
|
45
|
67,2
|
22
|
32,8
|
67
|
100
|
7
|
Meja tempat penyajian dalam keadaan
bersih
|
30
|
44,8
|
37
|
55,2
|
67
|
100
|
8
|
Setelah 6 (enam) jam makanan diolah
kembali
|
44
|
65,7
|
23
|
34,3
|
67
|
100
|
Berdasarkan hasil skoring yang dilakukan peneliti dilihat dari cara
penyajian makanan jajanan oleh pedagang di Pasar Panorama secara umum yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 22 orang (33,0%), sedangkan yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 45 orang (67,0%).
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Penyediaan
Air Bersih
No.
|
Penyediaan air
bersih
|
Kategori
|
Jumlah
|
||||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
Pedagang
|
%
|
||
1
|
Sumber air PDAM atau Sumur
|
67
|
100
|
-
|
-
|
67
|
100
|
2
|
Tempat penampungan air mempunyai tutup
|
47
|
70,1
|
20
|
29,9
|
67
|
100
|
3
|
Secara fisik tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa
|
67
|
100
|
-
|
-
|
67
|
100
|
Berdasarkan hasil
skoring secara umum penyediaan air bersih, dapat diketahui bahwa secara umum
pedagang yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 45 pedagang (67,0%) dan pedagang
yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 22 orang (33,0%).
Tabel 6 : Hasil
Pemeriksaan Bakteriologi Pada Sampel Air Bersih Pencucian Peralatan
No.
|
Nama
|
Jenis Makanan
|
Jumlah Bakteri
|
Sumber Air
|
Kadar maksimum
yang diperbolehkan
|
Kategori
|
|
PDAM/Sumur
|
MSK
|
TMSK
|
|||||
1
|
An
|
Sate
|
>1898
|
PAM
|
50/100
ml air
|
√
|
|
2
|
Ba
|
Bakso
|
32
|
Sumur
|
50/100
ml air
|
√
|
|
3
|
He
|
Model
|
19
|
Sumur
|
50/100
ml air
|
√
|
|
4
|
Ju
|
Pempek
|
23
|
Sumur
|
50/100
ml air
|
√
|
|
5
|
Ka
|
Lontong
|
59
|
Sumur
|
50/100
ml air
|
√
|
|
6
|
La
|
Lontong
|
11
|
Sumur
|
50/100
ml air
|
√
|
|
7
|
Mi
|
Bakso
|
166
|
Sumur
|
50/100
ml air
|
√
|
|
8
|
Sa
|
pempek
|
40
|
Sumur
|
50/100
ml air
|
√
|
|
9
|
Si
|
Pangsit
|
16
|
Sumur
|
50/100
ml air
|
√
|
|
10
|
Su
|
Pangsit
|
29
|
Sumur
|
50100
ml air
|
√
|
|
11
|
Ta
|
Nasi Uduk
|
>1898
|
Sumur
|
50/100
ml air
|
√
|
|
12
|
Wi
|
Lontong
|
>1998
|
Sumur
|
50/100
ml air
|
√
|
Sumber : Hasil Pemeriksaan UPTD Laboratorium DINKES Kota
Bengkulu
Ket
: MSK
: Memenuhi Syarat Kesehatan
TMSK : Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan
D.
PEMBAHASAN
1.
Personal Hygiene
Dari hasil
penelitian
dapat diketahui bahwa berdasarkan personal
hygiene/penjamah makanan secara umum yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak
sebanyak 9 orang (13%), dan pedagang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 58
orang (87%).
2. Cara Pencucian Peralatan
Secara umum cara
pencucian peralatan yang dilakukan oleh pedagang makanan jajanan di Pasar
Panorama yang telah memunuhi syarat kesehatan sebanyak 10 orang (15%), dan
pedagang yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 57 orang (85%).
3.
Keadaan Sarana Jajanan
Secara umum keadaan sarana jajanan para pedagang makanan jajanan di Pasar
Panorama yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 24 pedagang (36%) dan pedagang yang tidak
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 43 orang (64%).
4.
Cara Penyajian Makanan
Secara umum yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 22 orang (33%), sedangkan yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 45 orang (67%).
5.
Penyediaan Air Bersih
Dari hasil skoring
secara umum penyediaan air bersih, dapat diketahui bahwa secara umum pedagang
yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 45 pedagang (67%) dan pedagang yang
tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 22 orang (33%).
6.
Berdasarkan Pemerikasaan Bakteriologi Pada Sampel Air
Bersih Pencucian Peralatan
Berdasarkan hasil
pemeriksaan Bakteriologi menunjukkan secara umum dari 67 pedagang, yang diambil
12 pedagang untuk dilakukan pemeriksaan bakteriologi, penyediaan air bersih
yang dimiliki oleh pedagang makanan jajanan di Pasar Panorama, yang memenuhi
syarat kesehatan sebanyak 7 orang (58%), dan pedagang yang tidak memenuhi
syarat kesehatan sebanyak 5 orang ( 42%).
E.
KESIMPULAN DAN
SARAN
1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 67
pedagang makanan jajanan di Pasar Panorama Lingkar Timur Kota Bengkulu Tahun
2012, dapat disimpulkan bahwa Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan Pedagang Kaki
Lima di Pasar Panorama Lingkar Timur Kota Bengkulu Tahun 2012 tidak memenuhi
syarat kesehatan. Dilihat dari aspek-aspek pada
variabel penilaian, maka hasil yang didapat oleh peneliti sebagai berikut:
a.
Personal
Hygiene/penjamah makanan jajanan tidak memenuhi syarat kesehatan, yaitu 58
pedagang (87,0%).
b.
Cara pencucian
peralatan makanan jajanan pedagang tidak memenuhi syarat kesehatan, yaitu 57
pedagang (85,0%).
c.
Keadaan sarana
jajanan tidak memenuhi syarat kesehatan, yaitu 43 pedagang (64%) dan pedagang
yang memenuhi Cara penyajian makanan tidak memenuhi syarat kesehatan, yaitu 45
pedagang (67,0%), dan pedagang yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 22 orang
(33,0%).
d.
Penyediaan air
bersih yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 24 pedagang (36,0%).
e.
syarat kesehatan
sebanyak 45 pedagang (67,0%), dan yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak
22 pedagang (33,0%).
f.
Hasil pemeriksaan
bakteriologi pada 12 sampel air yang
diambil dari 67 pedagang pada sumber air berbeda-beda, yang memenuhi syarat
kesehatan sebanyak 7 pedagang (58,0%), dan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
sebanyak 5 pedagang (42,0%).
g.
Sebagian besar pedagang
makanan jajanan di Pasar Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 yaitu 49 pedagang (73,0%) tidak memenuhi syarat kesehatan.
2.
Saran
a.
Bagi UPTD Pasar
Panorama Lingkar Timur,
agar dapat memberikan kontribusi kepada pedagang makanan jajanan kaki lima
untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan lokasi penjualan.
b.
Bagi
Dinas Kesehatan
dan Puskesmas Panorama, agar dapat melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada
pedagang makanan jajanan tentang tata cara penerapan hygiene sanitasi makanan
jajanan yang memenuhi syarat kesehatan, supaya pedagang mengetahui dan dapat
mengaplikasikannya dalam kegiatan berdagang mereka sehari-hari.
c.
Khususnya bagi
masyarakat Kota Bengkulu hendaknya lebih selektif dalam membeli dan
mengkonsumsi makanan jajanan yang dijajakan dengan melihat dari segi kesehatan,
kebersihan serta faktor gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, dkk. 1997.
Sanitasi Makanan dan Minuman Pada
Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi. Jakarta: Pusdiknakes RI.
BPOM RI, 2011. Kejadian Luar Biasa Keracunan pangan,
http://docs,google.com/viewer, diakses 24 november 2011.
…………..., 2002. Materi Penyuluhan Keamanan Pangan Industri
Rumah Tangga. Jakarta
Depkes RI, 2003.
Kepmenkes RI Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta.
………, 2003.
Kepmenkes RI Nomor 715/ Menkes/V/2003 Tentang
Persyaratan Jasa Boga. Jakarta.
………., 1990.
Kepmenkes RI Nomor 416/Menkes /Per/IX/1990 Tentang
Persyaratan Kualitas
Air Bersih. Jakarta.
Kusnoputranto.
1996. Kesehatan Lingkungan. Jakarta:
FKM UI.
Purnawijayanti
HA, 2001. Sanitasi Hygiene dan
Keselamatan Kerja Dalam Pengolahan Makanan. Jakarta.
Santoso, dkk. 1999. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Seokidjo,
Notoatmojo. 2005.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Cetakan ketiga. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slamet, Juli
Soemirat. 2006. Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar